Selasa, 22 Oktober 2013

Hikmah Novel Negeri 5 Menara ( Man Jadda wa jada )
















Kiai Rais pernah memberi nasihat : “Anak-anakku, sungguh doa itu didengar oleh Allah, tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda atau diganti dengan yang lebih cocok dengan kita.”

Pesan Kiai Rais waktu di Pondok Madani : “Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri. I'timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semaua akan pergi silih berganti.
Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Alloh saja nanti.”

Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orang tua? Biarlah tulang mudaku ini remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengobarkan masa muda yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena itu aku tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus kurasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang melebihi rata-rata orang lain. "Man jadda wajada!"

"Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung."
Nasihat Kiai Rais ketika anak kelas 6 sedang mempersiapkan ujian akhir : “Yang namanya dunia itu ada masa senang dan masa kurang senang. Di saat kurang senanglah kalian perlu aktif. Aktif untuk bersabar. Bersabar tidak pasif, tapi aktif bertahan, aktif menahan cobaan, aktif mencari solusi. Aktif menjadi yang terbaik. Aktif untuk tidak menyerah pada keadaan. Kalian punya pilihan untuk tidak menjadi pesakitan. Sabar adalah punggung bukit terakhir sebelum sampai di tujuan. Setelah ada di titik terbawah, ruang kosong hanyalah atas. Untuk lebih baik. Bersabar untuk menjadi lebih baik. Tuhan sudah berjanji bahwa sesungguhnya Dia berjalan dengan orang yang bersabar.”

Nasihat Kiai Rais ketika pidato perpisahan : “... Apapun kelebihan dan keterbatasanmu, jadilah orang yang berguna untuk dirimu, keluargamu, masyarakatmu, sebanyak mungkin dan seluas mungkin.”
“... Dalam menjalani hidup, ananda pasti menghadapi banyak problematika kehidupan yang kadang-kadang terasa sabgatlah berat. Namun, ananda janganlah sampai putus asa karena putus asa adalah penyakit yang menggagalkan perjuangan, harapan dan cita-cita. Problem tidak akan selesai hanya dengan disusahkan, tetapi harus dipikirkan dan selalu dekat kepada Alloh serta selalu mohon hidayah dan taufik-Nya.
Maka berbuatlah, berpikirlah, bekerjalah semaksimal mungkin, menuju kesempurnaan manusiawi yang lebih bertakwa. aamin yaa robbal 'aalamin.”

Man jadda wajada : siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses Man shabara zhafira : siapa yang bersabar akan beruntung Man sara ala darbi washala : siapa yang berjalan dijalannya akan sampai ke tujuan.
Aku tidak hanya ditempa untuk mengetik dan mengedit, tapi juga dipaksa melakukan riset dan membaca beragam buku mulai dari filsafat, retorika, teknis menulis, komunikasi massa, ilmu logika, dan berbagai jurnal ilmiah. Bang Togar mengajarkan kerangka tulisan yang kuat, gaya bahasa, kekuatan paragraf pertama, judul yang tajam, argumentasi yang lengkap, dan kesimpulan yang tuntas. Juga bagaimana berpikir sebagai seorang redaktur opini yang harus selalu membaca banyak naskah yang masuk ke redaksi.
“Coba kau lihat. Berapa pun mereka berusah keras, kemungkinan besar mereka tetap jadi orang miskin.
Begiitu juga anak keturunan mereka nanti. Begitu seterusnya. Sedangkan kau, boleh tidak punya duit, tapi kau ada kesempatan untuk berhasil, bahkan membantu orang seperti mereka. Mereka tidak punya akses untuk pendidikan, kau punya. Jadi kenapa malas? Kau orang yang beruntung. Tidak pantas kau malas!” kata bang Tigor berapi-api menunjuk-nunjuk hidungku.
Lan tarji' ayyamullati madhat. Tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu. Aku harus menggunakan waktuku sebaik mungkin, seefisien mungkin. Mulai sekarang, detik ini juga.

“Anak-anak, sudah kalian lihat tadi semua, jurus dua golok. Saya ingin memperlihatkan kepada kalian semua hikmah dari jurus ini. Ini jurus yang sangat andal dan sakti, tapi bukan untuk praktikkan dengan tangan , tapi untuk kalian hidupkan dan amalkan dengan jiwa. Cobalah bayangkan. Kalian yang dikaruniai bakat hebat dan otak yang cerdas adalah bak golok tajam yang berkilat-kilat. Kecerdasan kalian bisa menyelesaikan berbagai masalah. Tapi kalau kalian tidak serius, tidak sepenuh tenaga dan niat menggunakan otak ini, maka hidup kalian tidak akan maksimal, misi tidak akan sampai, usaha tidak akan berhasil, kayu tidak akan patah.
Sedangkan kalian yang kurang berbakat seperti golok majal yang karatan. Walau otak kalian tidak cemerlang, tapi kalau kalian mau bekerja keras, tidak kenal lelah mengulang-ulang usaha dengan serius, sabar dalam proses perjuangan dan tidak menyerah sedikitpun, maka hambatan apapun lalmbat laun akan kalian kalahkan. Bahkan dengan golok tumpul pun, kayu akan putus kalau dilakukan berkali-kali tanpa lelah. Apalagi, golok majal selalu bisa diasah. Otak yang biasa-biasa saja selalu bisa diperkuat dengan ilmu dan pengalaman. Usaha yang sungguh-sungguh dan sabar akan mengalahkan usaha yang biasa-biasa saja. Kalau bersungguh-sungguh akan berhasil, kalau tidak serius akan gagal. Kombinasi sungguh-sungguh dan sabar adalah keberhasilan. Kombinasi manjadda wajada dan man shabara zhafira adalah kesuksesan.”
“... Iza sadaqal azmu wadaha sabil. Kalau sudah jelas dan benar keinginan, akan terbukalah jalan.”
“Saya berani bilang, kalau ada politisi yang melakukan praktik itu (money politic) di kanada, dia akan kalah mutlak. Rakyat di sini tidak akan percaya pada orang yang seperti itu. Baru akan dipercaya oleh rakyat saja sudah menyogok. Membeli kuasa. Bayangkan bagaimana nanti sikap penguasa seperti itu kalau sudah menggenggam wewenang.”




Sorce : "Novel Negeri 5 Menara by A. Fuadi "


Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda