Minggu, 09 Februari 2014

Medium Biakkan Bakteri

Berikut ini adalah nama-nama Medium Biakkan Bakteri dan penggunaanya :

1. Agar Darah (Blood Agar)

  • Bahan Utama : Agar diperkaya + 5% darah kuda atau domba
  • Penggunaan : Medium non-selektif untuk sebagian besar bakteri Gram negatif yang mudah tumbuh dan bakteri Gram-positif

2. Agar ekstrak batubara ragi yang didapar (BYCE)
  • Bahan Utama : Ekstrak ragi, batubara, L-sistein, HCl, alfa ketoglutarat 
  • Penggunaan : Selektif untuk Legionella spp
3. Medium Campylobacter
  • Bahan dasar agar diperkaya dengan vankomisin, trimotretin, amfoterisisn.
  • Penggunaan : Medium selektif untuk Campylobacter spp

4. Agar selsoludin - Irgasan - novobiasin (CIN)
  • Bahan Utama : bahan dasar pepton dengan tambahan antibiotika
  • penggunaan : medium selektif untuk Yersinia spp
5. Agar Cokelat (darah yang dipanaskan)
  • Bahan Utama : Agar darah yang dipanaskan. sel-selnya lisis dan melepaskan faktor pertumbuhan khusus
  • Penggunaan : Biakan untuk Haemophilus dan Neisseria spp.

6. Agar Sikloserin-sefo-sitin-fruktosa (CCFA)


  • Bahan dasar kuning telor dan fruktosa dan antibiotika
  • Penggunaan : Medium selektif untuk Clostridium difficile
7. Agar deoksikolat Sitrat (DCA)
  • Bahan Utama : Bahan dasar agar pepton termasuk laktosa, deoksikolat dan indikator merah netral.
  • Penggunaan : Medium selektif untuk Salmonella dan Shigella
8. Agar besi kligler (KIA)
  • Bahan Utama : Bahan dasar agar pepton dengan laktosa, glukosa, fenol merah dan besi siytrat
  • Penggunaan : medium miring selektif untuk membedakan Shigella dan Salmonella dan Enterobactericeae

9. Medium Lowenstein Jensen (LJ)
  • Bahan Utama : Medium dengan bahan dasar telur kuning dengan malasit Hijau
  • Penggunaan : Medium selektif untuk Mycobacterium

10. Agar MacConkey
  • Bahan Utama : Bahan dasar pepton berisi garam empede dan merah netral. peragi laktosa dan menghasilkan asam, oleh karena itu membentuk kolni berwarna merah muda
  • Penggunaaan : untuk membedakn kuman yang meragi Laktosa dengan yang tidak meragi Laktosa

11.  Agar Garam Manitol
  • Bahan Utama : Bahan dasar pepton berisi manitol, natrium klorida dan fenol merah
  • Penggunaan : Medium selektif dan differensial untuk mengisolasi Staphylococcus aureus

12. Agar Salmonella-Shigella (SS)
  • Bahan Utama : Medium berbahan dasar pepton, berisi garam empedu, laktosa, merah netral dan besi sitrat
  • Penggunaan : Untuk menisolasi Salmonella dan Shigella spp

13. Agar Darah Telurit
  • Bahan Utama : Agar darah dengan kalium telurit
  • Penggunaan : Medium Selektif untuk  Cornybacterium diptheriae yang mengubah telurit dan membentuk koloni-koloni hitam

14. Agar Thayer Martin
  • Bahan Utama : Bahan dasar agar darah dengan tambahn dan antibiotika termasuk kolistin dan vankomisin
  • Penggunaan : untuk mengisolasi Neisseria spp


15. Agar garam empedu tiosulfat sitrat (TCBS)
  • Bahan Dasar : pepton ermasuk tiosulfat, sitrat, sukrosa, dan biru-timol
  • Penggunaan :Untuk Vibrio Cholerae dan membentuk koloni kuning.

16. Agar deoksikolat silosa lisin (XLD)
  • Bahan Dasar : Ekstrak ragi dengan lisin, silosa, laktosa dan besi sitrat.
  • Penggunaan : Untuk membedakan Shigella (koloni merah muda) dan Salmonella (koloni merah muda/hitam)
17. Pepton Alkalis
  • Penggunaan : Untuk Vibrio cholearae
  • Bahan Dasar : Pepton, NaCl


18. Selenite
  • Penggunaan : bersifat selektif untuk Salmonella
  • Bahan Dasar : Pepton dari daging, Laktosa, sodium selenitte, dipotassium hidrogen, phospotasse, Potassium dihydrogen potapasse

19. Media triple sugar Iron Agar (TSIA)

  • Penggunaan : melihat kemampuan mikroorganisme dalam memfermentasi glukosa.
  • Bahan Dasar :  Glukosa, Laktosa, Maltosa, besi sulfat, Indikator metil merah





Sumber : Hart, Tony., Shears, Paul. 1997, Atlas Berwarna Mikrobologi Kedokteran. Jakarta : Hipokrates.



Label:

Minggu, 29 Desember 2013

Pemeriksaan Feses

Definisi feses 
Sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.

INDIKASI PEMERIKSAAN:
  • Adanya diare dan konstipasi                        
  •  Adanya ikterus
  • Adanya gangguan pencernaan                       
  • Adanya lendir dalam tinja
  • Kecurigaan penyakit gastrointestinal            
  • Adanya darah dalam tinja

SYARAT PENGUMPULAN FECES :
-->Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila   pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
-->Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
-->Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
--> Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher à pemeriksaan tinja sewaktu
Pasien konstipasi           à Saline Cathartic
 Kasus Oxyuris             à Schoth Tape & object glass

Alur  pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.

Teknik Pengambilan Feses

Alat dan bahan
1. Sarung tangan
2. Spatel steril
3. Penampung feses

Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
5. Tempatkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat
6. Feses jangan tercampur dengan urine
7. Jangan diberikan barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
8. Buka sarung tangan
9. Catat tanggal pengambilan dan beri label
10. Cuci tangan.

Pemeriksaan Makroskopis
a. Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas
c.       Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya Urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yangmengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
d.      Bau
Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam
e.       Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum
f.       Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
g.      Parasit
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.


PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
untuk mengetahui adanya Sel epitel, Makrofag, Eritrosit, Lekosit, Kristal, sisa makanan, Butir lemak, Butir Karbohidrat, Serat tumbuhan / otot Sel ragi, Protozoa, Telur dan larva cacing. Metode yang digunakan dengan penambahan larutan Cat antara lain:
Lemak à à Sudan III
Protozoa à  à Eosin 1 – 2%
Amylumà à Lugol 1 – 2 %
Lekosità à asam asetat 10 %
Pemeriksaan rutinà à NaCl 0,9%                   
a. Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.












b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya
telur Ascaris lumbricoides














telur Trichuris trichiura
















telur enterobius vermicularis












c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
f. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal
g. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal Tripel Fosfat dan Kalsium Oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja Lugol Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin














h. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal.Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastis dan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.

Label:

Selasa, 26 November 2013

ESCHERICHIA

Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak di temukan didalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak dan travelers diarrhae, seperti juga kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus. Genus Escherichia terdiri dari 2 spesies yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanii.
Morfologi
--> Kuman berbentuk batang pendek (kokobasil),
--> Negatif Gram
--> Ukuran 0,4-0,7 µm x 1,4 µm,
--> Beberapa strain mempunyai kapsul

--> Beberapa strain mempunyai kapsul













Fisiologi
E.coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai laboratorium Mikrobiologi, pada media yang digunakan untuk isolasi kuman enterik, sebagian besar stran Ecoli umbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. E.coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tip beta.
Beberapa tes biokimia yang dipakai untuk diagnostik kuman E.coli.
Tes
Hasil
Indol
+
Lisin dekarboksilase
±
Asetat
+
Peragian Laktosa
+
Gas dari glukosa
+
Motilitas
±
Pigmen kuning
+

Struktur Antigen
E.coli mempunyai antigen O, H dan K. Pada saat ini telah ditemukan: 150  tipe antigen O, 90 tipe antigen K dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu: L, A dan B.
Faktor-faktor patogenitas
Antigen permukaan                   
Pada E.coli paling tidak terdapat 2 tipe fimbriae yaitu:
a.       Tipe manosa sensitif (pili)
b.      Tipe manosa resisten (CFAs I & II)
Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai Colonization factor, yaitu untuk perlekatan sel kuman pada sel/jaringan tuan rumah. Misalanya : antigen CFAs I dan II melekatkan Entheropathogenic E.coli pada sel epitel usus binatang. Antigen kapsul K1 : seringkali ditemukan pada E.coli yang diisolasi dari pasien-pasien dengan bakteremia serta neonatus yang menderita meningitis. Peranan antigen K1 menghalangi proses fagositosis sel kuman oleh lekosit.
 Enteroktosin
Ada 2 macam enterotoksin yang telah berhasil diisolasi dari E.coli
a.       Toksin LT (termolabil)
b.      Toksin ST (termostabil)
Produk ke-2 macam toksin diatur oleh plasmid yang mampu pindah dari satu sel kuman kesel kuman lainnya.  Terdapat 2 macam plasmid :
-          1 plasmid mengkode pembentukan toksin LT dan ST
-          1 plasmid lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja.
Seperti toksin kolera, toksin LT bekerja merangsang enzim adenil siklase yang terdapat didalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut  dan terjadinya peningkatan permebialitas sel epitel usus. Sehingga terjadi akumulasi cairan didalam usus dan berakhir dengan diare. Toksin LT seperti juga toksin kolera bersifat cyotopathic terhadap Y1-sel tumor adrenal dan sel ovarium Chinese hamster serta meninggalkan permebialitas kapiler pada tes rabbit skin.
Kekuatan toksin LT adalah 100x lebih rendah dibandingkan toksin kolera dalam menimbulkan diare. Toksin ST tidak merangsang aktivitas enzim adenil siklase dan tidak reaktif terhadap tes Rabbit skin. Untuk mendeteks toksin ST dipakai cara tes suckling mouse, dimana setelah 4 jam inokulasi akan memberikan hasil positif.
Toksin ST adalah asam amino dengan molekul 1970 dalton, mempunyai satu lebh ikatan disulfida, yang penting untuk mengatur stabilitas pH dan suhu. Toksin ST bekerja degan cara mengaktivasi enzin guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat, menyebabkan gangguan absorpsi klorida dan Natrium, selain itu ST menurunkan motilitas usus halus.Struktur Antigen
E.coli mempunyai antigen O, H dan K. Pada saat ini telah ditemukan: 150  tipe antigen O, 90 tipe antigen K dibedakan lagi berdasarkan sifat-sifat fisiknya menjadi 3 tipe yaitu: L, A dan B.
Faktor-faktor patogenitas
Antigen permukaan                   
Pada E.coli paling tidak terdapat 2 tipe fimbriae yaitu:
  • a.       -Tipe manosa sensitif (pili)
  • b.      Tipe manosa resisten (CFAs I & II)
  • Kedua tipe fimbriae ini penting sebagai Colonization factor, yaitu untuk perlekatan sel kuman pada sel/jaringan tuan rumah. Misalanya : antigen CFAs I dan II melekatkan Entheropathogenic E.coli pada sel epitel usus binatang. Antigen kapsul K1 : seringkali ditemukan pada E.coli yang diisolasi dari pasien-pasien dengan bakteremia serta neonatus yang menderita meningitis. Peranan antigen K1 menghalangi proses fagositosis sel kuman oleh lekosit.

Enteroktosin
Ada 2 macam enterotoksin yang telah berhasil diisolasi dari E.coli
a.       Toksin LT (termolabil)
b.      Toksin ST (termostabil)
Produk ke-2 macam toksin diatur oleh plasmid yang mampu pindah dari satu sel kuman kesel kuman lainnya.  Terdapat 2 macam plasmid :
-          1 plasmid mengkode pembentukan toksin LT dan ST
-          1 plasmid lainnya mengatur pembentukan toksin ST saja.
Seperti toksin kolera, toksin LT bekerja merangsang enzim adenil siklase yang terdapat didalam sel epitel mukosa usus halus, menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut  dan terjadinya peningkatan permebialitas sel epitel usus. Sehingga terjadi akumulasi cairan didalam usus dan berakhir dengan diare. Toksin LT seperti juga toksin kolera bersifat cyotopathic terhadap Y1-sel tumor adrenal dan sel ovarium Chinese hamster serta meninggalkan permebialitas kapiler pada tes rabbit skin.
Kekuatan toksin LT adalah 100x lebih rendah dibandingkan toksin kolera dalam menimbulkan diare. Toksin ST tidak merangsang aktivitas enzim adenil siklase dan tidak reaktif terhadap tes Rabbit skin. Untuk mendeteks toksin ST dipakai cara tes suckling mouse, dimana setelah 4 jam inokulasi akan memberikan hasil positif.
Toksin ST adalah asam amino dengan molekul 1970 dalton, mempunyai satu lebh ikatan disulfida, yang penting untuk mengatur stabilitas pH dan suhu. Toksin ST bekerja degan cara mengaktivasi enzin guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat, menyebabkan gangguan absorpsi klorida dan Natrium, selain itu ST menurunkan motilitas usus halus.
Hemolisin
Pembentukkannya diatur oleh plasmid yang berukuran 41 mega dalton, bersifat toksik terhadap sel pada biakkan jaringan. Peranan hemolisisn pada infeksi oleh E.coli tidak jelas tetapi strain hemolitik E.coli ternyata lebih patogen dari pada strain yang non hemolitik.

Patogenesis dan gejala Klinik
E.coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia : Enteropathogenic E.coli, menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-anak dinegara-negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum jelas diketahui. Frekuensi yakit diare yang disebabkan oleh strain kuman ini sudah jauh berkurang dalam 20 tahun terakhir. Enterotoigenic E.coli menyebabkan Secretory Diarrhae seperti pada kolera. Strai kuman ini mengeluarkan toksin LT atau ST. Faktor-faktor permukaan untuk peleenkatan sel kuman pada mukosa usus penting didalam patogenesis diare, karena sel kuman harus melekat dulu pada sel epitel mukosa usus sebelum  kuman melakukan toksin.
Enteroinvasive E.coli menyebabkan penyakit diare seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella. Kuman menginvansi sel mukosa, menimbulkan kerusakan sel dan terlepasnya lapisan mukosa. Ciri khas diare yang disebabkan oleh strain Enteroinvasive E.coli adalah : tinja mengandung darah, mukus dan pus. Kolitis hemoragik disebabkan oleh E.coli serotipe 0157:H7, tinja bercampur darah banyak.  Strain E.coli ini menghasilkan substansi yang bersifat sitotoksk terhadap sel vero dan Hela, idntik dengan toksin dari Shigella dysenteriae. Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi perdarahan yang kemudian masuk kedalam kuman usus.
Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh E.coli adalah :
Ø  Infeksi saluran kemih mulai dari sistitis sampai pielonefritis, E.coli menyebabkan ±50% dari primary Noscomial pneumonia.
Ø  Meningitis pada bayi baru lahir
Ø  Infeksi luka terutama luka didalam abdomen.
Diagnosis Laboratorium
U
untuk isolasi dan identifikasi kuman E.coli dari bahan pemeriksaan klinik dipakai metode untuk kuman enterik lain. Diagnosis laboratorium penyakit diare yang disebabkan E.coli masih sulit dilakukan secara rutin, karena pemeriksaan secara tradisional dan serologi seringkali tidak mampu-mendeteksi kuman penyebabnya. Deteksi sebagian besar strain E.coli patogen memerlukan metode khusus untuk mengidentifikasi toksin yang dihasilkan. Sampai saat ini metode yang ada masih memerlukan tes dengan binatang percobaan dan kultur jaringan yang cukup mahal dan kurang praktis. Beberapa metode baru berdasarkan ts imunologi dan teknik hibridasi  DNA sudah dikembangkan, tetapi belum beredar di pasaran luas, isalnya : tes Elisa (enzyme-linkedimmunosorbent  assay) particle agglutination methods  Co-agglutinatio dengan protein A Stapylococcus aureus yang telah berikatan dengan antibodi terhadap enterotoksin E.coli, hibridasi DNA-DNA pada koloni kuman atau langsung pada spesimen tinja.

  dikutip dari : Buku Mikrobiologi Kedokteran edisi Revisi.






Label:

Selasa, 22 Oktober 2013

Makalah Vibrionaceae

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga kami selaku penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Dalam makalah ini kami membahas tentang bakteri yang bersifat patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi pada hewan laut. Selain itu, bakteri ini  banyak ditemukan di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung kuman , oleh karena itu penularan penyakit  ini dapat melalui air, makanan dan sanitasi yang buruk. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini diantaranya adalah kolera, gastroenteritis dan lain sebagainya.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Jakarta, oktober 2013



Penulis












BAB I
PENDAHULUAN
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besarjuga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. BakteriVibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenisopportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.
Bakteri dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia.
     










BAB II
ISI
I.     KLASIFIKASI Vibrio Sp
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies :      
·         Vibro anguillarum                  
·         Vibrio vulnificus
·         Vibrio salmonicida                
·         Vibrio hollisae
·         Vibrio alginolyticus                
·         Vibrio damsel
·         Vibrio cholera                      
·         Vibrio fluvialis
·         Vibrio parahaemolyticus         
·         Vibrio mimicus

II.     MORFOLOGI
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0.

Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel.


1.     VIBRIO CHOLERAE

Epidemiologi dari kolera bersamaan dengan pengenalan penularan V cholerae  melalui air dan perkembangan sistem sanitasi air.
Oranisme
penyakit

V cholerae serogrup O1 dan O139
Kolera epidemik dan pandemik

V cholera serogrup non-O1 dan non-O139
Diare sejenis kolera; diare ringan; jarang ditemui infeksi ektraintestinal.

V parahaemolyticus
Gastroenteritis, kemungkinan infeksi pada ekstraintestinal
Lainnya :
V mimicus, V vulnificus, V hollisae, V fluvialis,
V damsela, V anginolyticus, V metschnikovil
Infeksi pada telinga,luka,jaringan lunak,dan infeksi ekstraintestinal lainnya, semuanya tidak banyak terjadi

1.2 Morfologi dan Identifikasi
A.            
Ciri – ciri Organisme : pada isolasi pertama, V cholera berbentuk koma, batang kurva dengan panjang 2 – 4 um. Organisme ini motil aktif dikarenakan memiliki flagela polar. Pada biakkan yang diperpanjang, vibrio bisa menjadi batang yang lurus yang mirip dengan bakteri enterik gram negatif.


Vibrio cholerae. Pewarnaan gram dari biakkan air pepton alkali. V.cholerae Gram negatif yang berbentuk koma. Tampilan yang khas ini dapat membantu menegakkan diagnosis presumtif dari kolera

B.             Kultur : V cholerae menghasilkan koloni yag cembung, halus dan bulat yang keruh ( opaque ) dan bergranul bila disinari. V cholerae dan kebanyakan vibrio lain tumbuh dengan baik pada suhu 370 C pada berbagai jenis media,  termasuk media tertentu yang mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V cholerae tumbuh dengan baik pada agar thiosulfate-citrate-bile-sukrose ( TCBS ), yang menghasilkan koloni berwarna kuning. Vibrio adalah oksidase positif, yang membedakan mereka dari bakteri enterik gram negatif yang tumbuh pada agar darah. Ciri yang khas, vibrio tumbuh pada ph yang sangat tinggi ( 8,5 – 9,5 ) dan sangat cepat mati oleh asam. Karenanya pembiakkan pada media yang mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati.
 Di wilayah dimana kolera menjadi endemik, mengkultur langsung tinja pada media selektif seperti TCBS, dan media yang diperkaya seperti air peptone alkalin adalah sesuai. Namun kultur rutin pada media spesial seperti TCBS umumnya tidak diperlukan pada wilayah dimana kolera jarang terjadi.  


    
Vibrio Cholera pada media TCBS                                   
C.             Sifat pertumbuhan : V choerae biasanya memfermentasi sukrosa dan manosa tetapi tidak arabinosa. Tes oksidase positif merupakan langkah kunci dalam identifikasi awal dari V cholerae dan vibrio lainnya. Spesies vibrio sensitif terhadap campuran O/129 ( 2,4 - diamino - 6,7 – diisopropylpteridine phosphate ), yang membedakan mereka dari spesies aeromonas, yang resistan terhadap O/129. Sebagian besar spesies vibrio adalah halototerant, dan NaCl untuk pertumbuhan. Perbedaan yang lain antara vibrio dengan aeromonas adalah bahwa vibrio dapat tumbuh pada media yang mengandung 6 % NaCl dimana aeromonas tidak.
1.3 STRUKTUR ANTIGEN DAN KLASIFIKASI BIOLOGI
Beberapa vibrio mempunyai kesamaan antigen flagela ( H ) yang tahan panas. Antibodi terhadap antigen H mungkin tidak terlibat dalam melindungi inang ( host ) yang sensitif.
V cholerae memiliki lipopolisakarida O yang memberikan spesifikasi serologi. Terdapat sedikitnya 139 kelompok antigen O. Strain V cholerae dari O kelompok 1 dan O kelompok 139 menyebabkan kolera klasik; terkadang non – O1/non O – 139 V cholerae  menyebabkan penyakit sejenis kolera. Antibodi terhadap antigen O cenderung bisa melindungi hewan laboratorium terhadap infeksi V cholerae.
Serogrup V cholerae antigen O1 memiliki determinan yang memungkinkan penentuan tipe lebih jauh ; serotipe utama adalah Ogawa dan Inaba. Dua biotipe dari V cholerae epidemik telah didefinisikan, klasik dan El Tor. Biotipe El Tor menghasilkan hemosilin, memberikan hasil positif pada uji Voges-proskauer dan resisten terhadap polimiksin B. Teknik molekular juga dapat digunakan untuk mengkategorikan V cholerae. Pengkatagorikan digunakan untuk studi epidemologi dan tes umumnya dilakukan hanya pada laboratorium rujukan ( reference laboratories ).
V cholerae O 139 sangat mirip dengan V cholerae O1 biotype El Tor. V cholerae O 139 tidak menghasilkan lipopolisakrida O1 dan tidak mempunyai semua gen yang diperlukan untu membuat antigen ini. V cholerae O 139 membuat kapsul polisakarida seperti strain V cholerae non- O1 lainnya, sementara V cholerae O1 tidak membuat kapsul.
Struktur antigen:
a.      Antigen flagel H: bersifat Heat labile. Antibodi terhadap antigen H tidak bersifat protektif. Pada uji aglutinasi berbentuk awan.
b.      Antigen somatik O: terdiri dari lipopolisakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk seperti pasir. Anibodi terhadap antigen O bersifat protektif. Serogrup O tip (0:1) terdapat pada biotip cholerae dan El-Tor . Terdapat tiga faktor antigen: A, B, dan C yang membagi serogrup 0:1 menjadi serotip Ogawa, Inaba dan Hikojima.

Serotip
Faktor O
Ogawa
AB
Inaba
AC
Hikojima
ABC
`
1.4 Enterotoksin Vibrio cholerae
                V cholerae dan vibrio yang berhubungan menghasilkan enterotoksin yang rusak terhadap panas dengan berat molekul sekitar 84.000, terbentuk dari subunit A ( BM 28.000 ) dan B. Gangliosida GMI  bekerja sebagai reseptor mukosa untuk subunit B yang memudahkan subunit A untuk masuk kedalam sel. Aktivitas subunit A1 menimbulkan peningkatan tingkat cAMP intraselular dan memperpanjang hipersekresi air dan elektrolit. Terdapat peningkatan sekresi khlorid yang sodium – dependent, dan penyerapan sodium dan khlorid menjadi terhambat. Diare terjadi sebanyak 20 – 30 liter per hari dengan gejala dehidrasi,syok,acidosis, dan kematian. Gen untuk enterotoksin V cholerae terdapat pada kromosom bakterinya. Enterotoksin kolera secara antigen berhubungan dengan LT  dari Escherichia coli dan dapat menstimuli produksi antibodi yang netral. Namun peran yang pasti dari antitoksik dan antibodi antibakteri dalam melindungi terhadap kolera tidaklah jelas.



1.5 Potogenesis dan patologi
                Dibawah kondisi alamiah, V holerae adalah patogen terhadap manusia. Seseorang yang memiliki asam lambung normal memerlukan menelan sebanyak 1010 atau lebih V cholerae dalam air, agar dapat menginfeksi, sebab organisme ini sensitif terhadap asam. Jika media tor adalah makanan, sebanyak 102 – 104 organisme diperlukan, karena kapasitas bufer yang cukup dari makanan. Beberapa pengobatan dan kondisi yang dapat menurunkan kadar asam dalam perut membuat seseorang lebih lebih sensitif terhadap infeksi oleh V cholerae.
            Kolera bukan merupakan infeksi yang invasif. Organisme  ini tidak mencapai aliran darah tetapi tetap didalam saluran usus. V cholerae yang virulen menempel pada mikrovili pada permukaan sel epitelial. Disana mereka memperbanyak dan melepaskan racun kolera dan mungkin musinase dan endotoksin.
1.6 Gambaran klinis
            Sekitar 60% infeksi yang disebabkan oleh V cholerae klasik tidak bergejala, seperti juga sekitar 75% infeksi yang disebabkan oleh biotipe El Tor. Periode inkubasi selama 1-4 hari untuk sampai timbul gejala, tergantung pada ukuran inokulum yang tertelan. Segera timbul gejala mual dan muntah, serta diare hebat disertai kram perut. Tinja yang mirip cucian beras ( rice water stool ) mengandung mukus, sel epitelial, dan sejumlah besar vibrio. Penderita akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat yang dapat mengarah pada dehidrasi berat, syok dan anuria. Tingkat kematian dengan tanpa pengobatan adalah antara 25% dan 50%. Diagnosis terhadap kasus kolera yang nyata menunjukkan tidak adanya masalah dalam kehadiran sebuah epidemik. Bagaimanapun, kasus yang sporadis maupun yang ringan tidak mudah untuk dibedakan dari penyakit diare yang lain. Biotipe El Tor cenderung untuk menyebabkan penyakit ringan dibandingkan dengan biotipe klasik yang lain.
1.7 Uji Labortorium Diagnostik
A.      Spesimen : Spesimen untuk kultur terbentuk dari gumpalan mukus dari tinja.
B.      Hapusan : Tampilan mikroskopik dari hapusan spesimen tinja tidak bisa membedakan pengamatan dengan mikroskop lapangan gelap atau fase kontras memperlihatkan vibrio yang motil dengan cepat.
C.      Kultur : pertumbuhannya cepat pada agar peptone, pada agar darah dengan pH mendekati 9,0 atau agar TCBS, dan koloni khasnya dapat dipilih dalam waktu 18 jam. Jika menggunakan media yang diperkarya ( enrichment ), beberapa pemeriksaan tinj dapat diinkubasi selama 6-8 jamdalam kaldu taurocholate-peptone ( pH 8,0-9,0 ); organisme dari kultur ini dapat diwarnai atau disubkultur.
D.     Uji spesifik : organisme V cholerae diidentifikasi lebih jauh dengan uji aglutinasi slide menggunakan anti kelompok antiserum O1 dan O 139 dan dengan reaksi biokimia.
1.8 Kekebalan
                Asam lambung menyediakan beberapa perlindungan dalam melawan kolera vibrio. Setiap serangan kolera diikuti dengan kekebalan terhadap infeksi, tetapi durasi serta derajat kekebalan tidak diketahui. Pada hewan perobaan, antibodi spesifik IgA terjadi dalam lemen usus. Antibodi yang mirip dalam serum akan muncul setelah infeksi tetapi hanya bertahan selama beberapa bulan. Antibodi vibriosidal dala serum ( titer 1 : 20 ) memiliki hubungan dengan perlindungan untuk melawan kolonisasi dan penyakit. Kehadiran antibodi antitoksin tidak dihubungkan dengan perlindungan.
1.9 Pengobatan
                Bagian yang palig penting dalam terapi adalah mengganti air dan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi dan kekurangan garam. Banyak agen antimikroba yang efektif melawan V cholerae . tetrasiklin yang diberikan secara oral dapat mengurangi keluarnya tinja pada kolera dan memperpendek masa ekskresi vibrio. Pada beberapa daerah indemik, v cholerae yang resisten terhadap tetrasiklin telah muncul, dibawa oleh plasmid yang mudah berpindah.
1.10 Epidemiologi, pencegahan, pengendalian
            Enam pandemik (epidemik yang mendunia) dari kolera terjadi antara tahun 1817 dan 1923, sebagian besar mungkn disbabkan oleh V cholerae O1 dari biotipe klasik dan terbesar terjadi di Asia, khususnya subkontinen India. Pandemik ke-7 dimulai pada tahun1961 di kep. Sulawesi, Indonesia, dengan penyebaran ke Asia, Timur Tengah dan Afrika. Pandemik ini disebabkan oleh V cholerae biotipe El Tor. Di mulai tahun 1991, pandemik ke-7 menyebar ke Peru, dan kemudian ke negara lain di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Kasus yang paling besar terjadi di Afrika, dimana jutaan orang menderita kolera pada pendemik ini, dan berlanjut hingga abad ke-21. Penyakit ini mulai jarang di Amerika Utara sejak pertengahan tahun 1800-an, tetapi fokus endemik tetap ada di pantai Gulf Louisiana dan Texas.
Kolera endemik di India dan Asia Tenggara. Dari sana, dibawa bersama dengan jalur pengepalan, rute perdagangan dan rute migrasi jemaah. Penyakit ini menyebar melalui kontak orang ke orang yang melibatkan individu yang menderita ringan atau awal dn melalui air, makanan dan serangga. Pada beberpa kasus, hanya 1-5% orang yang sensitif mengembangkan penyakit. Pengidap itu sendiri mencapai puncaknya selama 3-4 minggu, dan pengidap yang benar-benar kronis jarang terjadi. Vibrio dapat bertahan hidup dalam air hingga 3 minggu.
Kontrol atau pengawasan dilakukan melalui pendidikan dan perbaikan sanitasi, khususnya makanan dan air. Pasien seharusnya diisolasi, ekskresinya siinfeksi, dan orang-orang kontak diawasi. Khemoprofilaksis dengan obat antimikroba mungkin diperlukan. Penyuntikan vaksin berulang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari vibrio atau suspensi pekat vibrio dapat memberikan perlindungan yang terbatas ke orang yang rentan ( misalnya kontak antar anggota keluarga) tetapi tidak efektif sebagai alat kontrol epidemik. Di beberapa negara meminta kepada para pelancong yang datang dari daerah endemik untuk membuktikan bahwa meraka telah divaksinasi. Sertifikasi vaksin untuk kolera dari WHO hanya berlaku selama 6 bulan.
PENCEGAHAN PENYAKIT KOLERA
a)                  Direbus atau hanya minum air murni.
b)                  Hindari makan makanan mentah.
c)                  Hindari makan makanan mentah dan kerang.
d)                  Hindari salad.
e)                  Sanitasi dan sistem pemurnian air yang akan dimonitor.
f)                   Sayuran dan buah-buahan harus dicuci dengan larutan kalium permanganat


2.     VIBRIO PARAHAEMOLYTICUS
Adalah bakteri halofilik yang menyebabkan gastroenteritis akut sebagai akibat makan-makanan seafood yang terkontaminasi seperti ikan mentah atau kerang. Seelah periode inkubasi selama 12-24 jam, terjadi mual dan muntah,kram perut, demam dan diare air dan darah. Lekosit pada tinja sering terlihat. Enteritis cenderung sembuh sendiri dalam 1-4 hari tanpa pengobatan, selain restorasi air dan keseimbangan elektrolit. Tidak ada enteroktosin yang diisolasi dari organisme. Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, dengan kejadian tertingg pada wilayah dimana orang gemar memakan seafood mentah. V.parahaemolyticus tidak dapat tumbuh dengan baik pada media deferensial yang biasa digunakan untuk salmonella dan shigella, tetapi dapat tumbuh dengan baik pada agar darah. Mereka juga dapat tumbuh pada TCBS dimana mnghasilkan koloni yag berwarna hijau. V.parahaemolyticus biasanya diidentifikasi melaui pertumbuhan oksidase positifnya paa agar darah.
Morfologi
Bakteri Vibrio parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri gram negatif, halofilik, bersifat motil atau bergerak, berbentuk bengkok atau koma, menghasilkan energi untuk pertumbuhan dengan oksidasi, fakultatif anaerob dan mempunyai flagelum kutub tunggal dan tidak dapat membentuk spora serta bersifat zoonosis . Perubahan bentuk morfologi Vp dapat terjadi dengan perlakuan suhu dingin dan kondisi lingkungan yang tidak menunjang 


  

                                              Gambar 1. Bentuk Vibrio parahaemolyticus

Habitat 
Bakteri Vp hidup pada sekitar muara sungai (brackish water atau estuaries), pantai (coastal waters) tetapi tidak hidup pada laut dalam (open sea).  Bakteri Vp terutama hidup di perairan Asia Timur.  Bakteri ini tumbuh pada air laut dengan kadar NaCl optimum 3%,  ( berkembang baik pada kadar NaCl 0,5% - 8 %)  pada kisaran suhu 5 -  43 OC, pH 4,8 –11 dan water activity (aw) 0,94- 0,99.   Pertumbuhan berlangsung cepat pada suhu  optimum 37 OC dengan waktu generasi hanya 9-11 menit.  Pada beberapa spesies Vibrio suhu pertumbuhan sekitar 5 – 43 OC (pada suhu 10 OC merupakan suhu minimum pada lingkungan) (Adams and Moss 2008). Selama musim dingin, organisme ini ditemukan di lumpur laut, sedangkan selama musim panas mereka ditemukan di perairan pantai.  Bakteri Vp dapat hidup sebagai koloni pada kerang-kerangan, udang, ikan dan produk makanan laut lainnya.
Vp adalah bakteri halofilik didistribusikan di perairan pantai di seluruh dunia. Bakteri ini ditemukan di lingkungan muara sungai dan menunjukkan variasi musiman, yang hadir dalam jumlah tertinggi selama musim panas. Selama musim dingin, bakteri ini tetap berada di bawah muara pada bahan chitinous plankton.
Sifat biakan
-          pH optimum 7,6 -9,0
-          seperti spesies Vibrio lainnya, membutuhkan perbenihan selektif
-          halofilik (salt loving), membutuhkan minimal 2% NaCl. Biotip algolytius tahan sampai 11% NaCl, penting untuk membedakan dari biotip parahaemolyticus
-          pada agar TCBS membentuk koloni besar, smooth berwarna hijau (bedakan dari koloni V.Cholerae yang berwarna kuning).
-          Generation Time   : 9-15 menit. Ini penting untuk epidemiologi gastroenteritis
Patogenisitas 
Masa inkubasi yang dilaporkan untuk keracunan makanan oleh Vp bervariasi dari 2 jam sampai 4 hari meskipun biasanya 9 - 25 jam.  Penyakit bertahan hingga 8 hari dan dicirikan oleh diare profuse berair bercampur darah atau lendir, muntah, nyrti perut,  dan demam.  Vp lebih enteroinvasive dari Vibrio cholerae, dan menembus epitel usus untuk mencapai lamina propria.  Sebuah sindrom disentri juga telah dilaporkan dari sejumlah negara termasuk Jepang.
Tidak semua strain dari Vp bersifat patogen. Strain patogen bawaan makanan dapat menyebabkan hemolisis karena adanya suatu hemolisin panas- stabil dan ditujukan sebagai Kanagawa-positif.  Saat ini, hemolisin panas-stabil 23-kDa (disebut hemolisin langsung termostabil/TDH) dianggap sebagai racun. Kebanyakan strain terisolasi dari sumber-sumber alam (air muara, plankton, kerang, dan ikan) adalah Kanagawa-negatif.  Namun, beberapa strain Kanagawa-negatif juga telah dikaitkan dengan wabah bawaan makanan.  Tingkat produksi racun berhubungan dengan pertumbuhan sel,  konsentrasi sel, dan pH lingkungan. Jika bentuk racun sudah terdapat dalam makanan, pemanasan tidak akan merusak toksin tersebut.
Patogenesitas strain Vp sangat terkait dengan kemampuan mereka untuk menghasilkan 23-kDa, termostabil, ekstraseluler, haemolysin. Saat diuji pada suatu media yang dikenal sebagai agar Wagatsuma's, haemolysin bisa melisiskan darah manusia dan sel darah kelinci tapi tidak pada darah kuda,  sebuah fenomena yang dikenal sebagai reaksi Kanagawa. Haemolysin juga telah ditunjukkan untuk dapat mengakibatkan enterotoxic, sitotoksik, dan kardiotoksik 
Proses Penularan
Bakteri Vibrio parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi produk makanan laut seperi udang, kerang, ataupun ikan mentah yang dimasak kurang sempurna.  Penularan juga dapat terjadi pada makanan yang telah dimasak sempurna namun tercemar oleh personal/individu yang pada saat bersamaan menangani produk ikan mentah. 


                              

Gambar 3. Kerang yang terkontaminasi Vibrio parahaemolyticus



Penyakit dan Gejala Klinis.
Jika kita mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Vibrio parahaemolyticus, ada kemungkinan kita akan terkena gastroenteritis bila sistem kekebalan tubuh dalam keadaan buruk.   Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menggambarkan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/atau muntah akut .  Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat.  Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
Diare akut akibat bakteri Vp disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah sehingga disebut diare inflamasi.  Akibatnya terjadi kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.  Masa inkubasi bakteri Vp biasanya antara 12 sampai 24 jam, tetapi dapat juga berkisar antara 4 sampai 30 jam.  Gejala yang muncul  adalah  kejang perut yang tiba-tiba dan berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada sebagian kecil kasus juga menyebabkan septisemia.
Pengobatan dan Pencegahan
-          Biasanya self limiting
-          Pada kasus berat, perlu rehidrasi dan penambahan elektrolit
-          Antibiotika : Kloramfenikol, Kanamisin tetrasiklin dan sefalotin
-          Kuman ini banyak terdapat di air laut, sehingga perlu perhatian khusus untuk pekerja-pekerja kapal, perenang dan juru masak sea food.
-          Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.
Diagnosis Laboratorium
Bahan pemeriksaan : tinja dan usap dubur
Harus segera dilakukan pembiakkan atau dimasukkan kedalam medium transpor (Cary Blair atau Amies)
Perbenihan: TCBS dan kaldu alkalipepton dengan penambahan 3% NaCl.

v Cara Kerja :
1)      Meja kerja dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan.
2)       Cuci tangan sebelum bekerja.
3)      APD dikenakan.
4)      Ose dipijarkan diatas nyala bunsen hingga membara.
5)      Tutup dibuka kemudian leher media dipanaskan.
6)      Spesimen diambil sebanyak satu sampai dua mata ose dengan ose yang dingin kemudian dipindahkan ke media dan dilakukan penyetrikkan.
7)      Semua pekerjaan dilakukan didekat api atau nyala Bunsen.
8)      Ose dipijarkan kembali sebelum diletakkan.
9)      Media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C.



Vibrio parahaemolyticus pada media TCBS

3.     Vibrio vulnificus dan Vibrio Lainnya
                Dapat menyebabkan infeksi luka parah, bakteremia dan mungkin gastroenteritis. Mereka adalah bakteri yang hidup bebas dimuara, yang ditemukan di AS, Atlantik Teluk dan pantai pasifik. Infeksi telah dilaporkan dari korea, dan organisme tersebar diseluruh dunia. V.vulnificus khususnya ditemukan pada tiram, terutamapada bulan-bulan musim pans. Bakteremia dengan infeksi yang tidak fokus terjadi pada orang yang memakan tiram yang terinfeksi dan orang yang gemar mium alkohol atau berpenyakit hati. Luka bisa menjadi terinfeksi pada orang normal atau yang imunokompromistik yang berhubungan dengan air dimana bakteri terdapat. Proses infeksi seringkali terjadi dengan cepat, dengan perkembangan penyakit yang parah. Sekitar 50% pasien dengan bakteremia meninggal. Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis dan miositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotik yang sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnosa didapat melalui kultur organisme  pada media laboratorium standart: TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur meghasilkan koloni-kolni yang erwarna biru-hijau (sukrosa negatif)
Karakteristik
Vibrio vulnificus merupakan mikroba patogen gram negatif dan merupakan bakteri non spora dari famili Vibrionaceae yang dapat ditemukan secara alami di daerah perairan hangat (halofilik obligat) yang tumbuh baikdi lingkungan laut tropis maupun subtropis. Jumlah organisme ini tergantung suhu air laut, yang biasanya jumlah lebih banyak ditemukan pada musim panas. Bakteri ini terdapat pada makanan yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yang memakannya. Vibrio vulnificus dapat juga ditemukan hidup bebas di air laut dan endapan lumpur di dasar laut. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif.
Sumber dan Kontaminasi pada Bahan Pangan
Bakteri patogen ini biasanya berhubungan dengan makanan laut dari muara atau pesisir
laut dengan suhu air tertinggi, seperti yang berada di selatan pesisir Amerika Serikat.Meskipun Vibrio vulnificus umumnya hidup membentuk koloni di tiram, remis, plakton, maupun kepiting yang hidup di perairan asin. Karena itu bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh bakteri ini sering dikaitkan dengan kerang dan crustaceae, namun juga dapat ditemukan pada pakan ikan plankton maupun ikan lainnya. Vibrio vulnificusmembentuk jaringan serta merupakan organisme dapat mencemari ikan dari laut dalamlingkungan.
Penyakit Akibat Vibrio vulnificus dan Gejala yang Ditimbulkan
V. vulnificus diketahui dapat menyebabkan tiga jenis penyakit yaitu Gastroenteritis (5-10% kasus), Septikemia Primer (45% kasus), atau luka infeksi (45% kasus). Pada orang sehat,  konsumsi makanan dari hasil laut yang terkontaminasi V. vulnificus bisamenyebabkan Gastroenteritis, tetapi pada individu yang rentan (mereka yang menderita beberapa bentuk penyakit kronis seperti penyakit hati, atau AIDS) dapat menyebabkanSeptikemia Primer, dimana bila sudah begitu akan menimbulkan infeksi berat yang dapat berujung pada kematian (mencapai >50%) serta sekitar 90% orang yang terinfeksi V. vulnificus memerlukan rawat inap.
a.       Gastroentritis
Gastroenteritis kebanyakan terjadi setelah orang mengonsumsi makanan yang mengandung V. vulnificus. Walau hingga saat ini belum diketahui dosis pasti yang dapat menyebabkan Gastroenteritis, pada orang sehat yang terinfeksi V. vulnificus dapat berakibat orang tersebut mengalami diare, muntah dan sakit perut. Gejala ini biasanya terjadi sekitar 16 jam setelah infeksi dan digolongkan sebagai self-limiting dissease dimana sangat bergantung pada kondisi tubuh setiap individu dan dapat sembuh dengan sendirinya.
b.      Septikimia Primer
Septikemia Primer umumnya terjadi setelah makanan yang mengandung V. vulnificus dikonsumsi, kemudian bakteri masuk ke aliran darah melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh. Septikimia Primer kebanyakan terjadi pada orang yang rentan/memiliki penyakit kronis dengan dosis infeksi berkisar antara 100 sel. Penyakit ini umumnya mulai timbul 7 jam - 2 hari setelah terpapar (kebanyakan 36 jam setelah gejala awal terjadi). Gejala awal penyakit ini diantaranya demam dan badan menggigil yang disertai dengan mual, muntah dan diare. Dapat juga diikuti dengan penurunan tekanan darah secara drastis sehingga tak jarang berujung pada kematian. Mayoritas penderita juga mengalami lecet pada kulit yang sangat menyakitkan. Kulit awalnya tampak merah dan kemudian akan mejadi seperti lecet dan terkelupas menjadi bisul nekrotik (bisul yang timbul akibat sel-sel kulit yang mati). Bila hal ini sampai terjadi, tindakan amputasi sangat dianjurkan untuk mencegah infeksi yang meluas.
c.       Luka Infeksi
Luka infeksi terjadi bila luka pada kulit atau lecet mengalami kontak langsung dengan air laut yang mengandung V. vulnificus. Infeksi ini biasanya dimulai dengan pembengkakan, kemerahan, dan rasa sakit di sekitar luka yang terinfeksi. Luka nantinya akan melepuh, berisi cairan dan mengembang yang dapat mengakibatkan nekrosis jaringan. Sekitar 50% pasien yang mengalami luka infeksi akibat V. vulnificus memerlukan amputasi. Pada beberapa pasien, infeksi ditemukan menyebar ke aliran darah dan berakibat pada kematian.

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, diketahui bahwa penyakit akibat V. vulnificus merupakan tipe penyakit yang menyebar secara infeksi. Hal ini tak lepas karena bakteri V. vulnificus sendiri yang menyebar masuk kedalam tubuh dan menyebabkan tubuh menderita sakit.
BAHAN PANGAN YANG TERKONTAMINASI
Vibrio vulnificus pada umumnya berkaitan dengan makanan laut yang berasal dari tepi pantai atau laut dimana temperatur pada air laut tersebut tinggi, seperti contohnya pantai selatan US. Meskipun bakteri ini lebih banyak terdapat pada sistem penyaringan makanan kerang (contoh: tiram), bakteri ini berpotensi mengkontaminasi ikan yang berada di sekitar lingkungan tersebut. Kebanyakan kasus kontaminasi oleh Vibrio vulnificus memang berhubungan dengan hasil laut kerang-kerangan dan crustacea, akan tetapi dapat juga ditemukan pada isi perut ikan apabila ikan tersebut memakan plankton atau ikan kecil lain yang mengandung bakteri tersebut.
Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah di daerah US, dimana tiram yang diambil dari beberapa wilayah di laut US yang memiliki temperatur dan salinitas air yang tinggi menunjukkan jumlah Vibrio vulnificus berada pada level 0 – 1.100.000 CFU/g. Pada temperatur yang hangat menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri ini berada pada level tertinggi pada tiram. Pada musim panas di daerah Gulf of Mexico telah diperkirakan terdapat ± 100% tiram pada perairan tersebut terkontaminasi oleh Vibrio vulnificusdengan level 103 – 104 /g, dan banyak kasus infeksi disebabkan oleh bakteri tersebut terjadi pada musim panas ketika suhu air laut antara 20 – 30 oC.



CATATAN INSIDEN / CONTOH KASUS
Konsumsi produk laut mentah oleh individu yang rentan, khususnya tiram, dari perairan yang beresiko tinggi maka akan menambah resiko keracunan karena Vibrio vulnificus. Meskipun tidak banyak kasus yang diketahui, tapi sekitar 90 kasus tiap tahun di USA disiarkan, hanya saja tidak semuanya berkaitan dengan konsumsi hasil laut yang terkontaminasi. Tingkat kematian yang tinggi berhubungan dengan Vibrio vulnificusmembuat bakteri ini menjadi masalah kesehatan yang penting, khususnya di USA.
Tidak ada kasus utama keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri ini dan beberapa hanya kasus sporadik, frekuensinya akan meningkat selama musim panas. Infeksi Vibrio vulnificus sangat jarang terjadi saat musim dingin, bahkan ketika tingkat konsumsi tiram tinggi. Beberapa kasus juga terjadi di Eropa, Korea, dan Taiwan.
PENCEGAHAN KONTAMINASI VIBRIO VULNIFICUS
Proses dekontaminasi seperti depurasi atau teknologi yang ada tidak efektif menghilangkan Vibrio vulnificus dari kerang, sehingga cara yang dapat digunakan adalah menjaga agar konsumsi kerang-kerangan mentah lebih dikurangi. Selain itu, kerang-kerangan sebaiknya dipanen dari perairan yang tidak terkontaminasi. Level bakteri ini akan bertambah pada saat adanya jeda waktu antara pemanenan kerang-kerangan dari laut dengan saat disimpan pada refrigerator. Di USA waktu yang diperbolehkan antara pemanenan ke refrigerasi tergantung pada kondisi perairan, (apakah perairan tersebut sudah pernah terkontaminasi oleh Vibrio vulnificus atau belum), temperatur perairan, musim dan temperatur udara. Tiram yang diambil selama musim panas dapat dikonsumsi dengan melalui proses pemasakan, pasteurisasi atau radiasi. Proses tersebut dilakukan untuk menghindari kemungkinan masyarakat mengkonsumsi tiram mentah. Konsumen perlu mempertimbangkan resiko dari mengkonsumsi kerang-kerangan yang mentah atau belum matang, khususnya pada kondisi yang rentan yang dapat membuat mereka lebih beresiko terinfeksi oleh Vibrio vulnificus.
Radiasi 1,0-1,5 kGy dapat digunakan pada tiram untuk mengurangi Vibrio vulnificus. Radiasi dapat menginkativasi vibrious dan tetap menjadi tiram tetap hidup. Pada level 2 kGy dapat mereduksi Vibrio vulnificus sebanyak ± 107 pada udang beku. Peningkatan suhu dapat memperbesar efek yang ditimbulkan dari radiasi. Contohnya jika suhu meningkat dari 25oC menjadi 40oC akan mengurangi setengah dosis yang dipergunakan untuk membunuh sebanyak bakteri yang sama.
Pengobatan
            Tetrasiklin muncul sebagai obat pilihan untuk infeksi yang disababkan oleh v.culnificus , siprofoksasin mungkin juga efektif berdasarkan pada aktivitas in vitro.
            Beberapa vibrio lain juga menyebabkan penyakit pada manusia: vibrio mimicus menyebabkan diare setelah menelan makanan yang tidak dimasak, khusunya oyster mentah. Vibrio hollisae dan vibrio fluvialis juga menyebabkan diare.
a. Vibrio Anguillarum                                                                                   
Mempunyai ciri-ciri warna putih kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.
b. Vibrio alginolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif. Vibrio alginolyticus menyebabkan infeksi pada mata, telinga atau luka setelah terkena air laut. Vibrio damsela juga menyebabkan infeksi luka. Vibrio lai
d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.

BAB III
KESIMPULAN
Ø  Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan
Ø  Vibrio cholera menimbulkan penyakit cholera asiatica
Ø  Seafood terutama tiram yang dimakan mentah merupakan jenis pangan yang paling sering membawa V. parahaemolyticus penyebab gastroenteritis. Kasus keracunan karena V. parahaemolyticus lebih banyak terjadi pada musim panas.
Ø  Vibrio parahaemolyticus yang tertelan atau masuk kedalam luka terbuka pada tubuh manusialah yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi.
Ø  V. vulnificus diketahui dapat menyebabkan tiga jenis penyakit yaitu Gastroenteritis , Septikemia Primer, dan  luka infeksi
 DAFTAR PUSTAKA










Label: