KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat-Nya, sehingga kami selaku
penyusun dapat menyelesaikan masalah ini. Dalam makalah ini kami membahas
tentang bakteri yang bersifat patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi pada
hewan laut. Selain itu, bakteri ini banyak
ditemukan di permukaan air yang terkontaminasi dengan feces yang mengandung
kuman , oleh karena itu penularan penyakit
ini dapat melalui air, makanan dan sanitasi yang buruk. Berbagai penyakit
yang disebabkan oleh bakteri ini diantaranya adalah kolera, gastroenteritis dan
lain sebagainya.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Jakarta, oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Vibrio merupakan jenis bakteri yang
hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di
salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besarjuga bersifat halofil yang tumbuh
optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah
agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang,
dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan
penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. BakteriVibrio menyerang
larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan
lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk
jenisopportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan
pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik
jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
Terdapatnya
bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan
buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan
makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan
berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari
keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada
manusia.
Bakteri
dari spesies Vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen), yang
dapat menyebabkan kematian biota laut yang menghuni perairan, dan secara tidak
langsung bakteri yang terbawa biota laut seperti ikan akan dikonsumsi oleh
manusia, sehingga menyebabkan penyakit pada manusia.
BAB II
ISI
I.
KLASIFIKASI Vibrio Sp
Kingdom
: Eubacteria
Divisi
: Bacteri
Class
: Schizomycetes
Ordo
: Eubacteriales
family
: Vibrionaceae
Genus
: Vibrio
Spesies
:
·
Vibro
anguillarum
·
Vibrio vulnificus
·
Vibrio salmonicida
·
Vibrio hollisae
·
Vibrio
alginolyticus
·
Vibrio damsel
·
Vibrio
cholera
·
Vibrio fluvialis
·
Vibrio
parahaemolyticus
·
Vibrio mimicus
Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup
pada salinitas yang relatif tinggi. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri
anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri
Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi
alkali dengan pH 9,0.
Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang
tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili
Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob,
fermentatif, bentuk sel batang yang melengkung dengan ukuran panjang antara 2-3
µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada
ujung sel.
1.
VIBRIO CHOLERAE
Epidemiologi dari kolera bersamaan dengan pengenalan
penularan V cholerae melalui air
dan perkembangan sistem sanitasi air.
Oranisme
|
penyakit
|
|
V cholerae serogrup O1 dan O139
|
Kolera epidemik dan pandemik
|
|
V cholera serogrup non-O1 dan non-O139
|
Diare sejenis kolera; diare
ringan; jarang ditemui infeksi ektraintestinal.
|
|
V parahaemolyticus
|
Gastroenteritis, kemungkinan
infeksi pada ekstraintestinal
|
Lainnya :
V mimicus, V vulnificus, V
hollisae, V fluvialis,
V damsela, V anginolyticus,
V metschnikovil
|
Infeksi pada
telinga,luka,jaringan lunak,dan infeksi ekstraintestinal lainnya, semuanya
tidak banyak terjadi
|
1.2
Morfologi dan Identifikasi
A.
Ciri – ciri Organisme : pada isolasi pertama, V cholera
berbentuk koma, batang kurva dengan panjang 2 – 4 um. Organisme ini motil
aktif dikarenakan memiliki flagela polar. Pada biakkan yang diperpanjang,
vibrio bisa menjadi batang yang lurus yang mirip dengan bakteri enterik gram
negatif.
Vibrio cholerae. Pewarnaan gram dari biakkan air pepton alkali. V.cholerae Gram negatif
yang berbentuk koma. Tampilan yang khas ini dapat membantu menegakkan diagnosis
presumtif dari kolera
B.
Kultur : V
cholerae menghasilkan koloni yag cembung, halus dan bulat yang keruh (
opaque ) dan bergranul bila disinari. V cholerae dan kebanyakan vibrio
lain tumbuh dengan baik pada suhu 370 C pada berbagai jenis
media, termasuk media tertentu yang
mengandung garam mineral dan asparagin sebagai sumber karbon dan nitrogen. V
cholerae tumbuh dengan baik pada agar thiosulfate-citrate-bile-sukrose ( TCBS
), yang menghasilkan koloni berwarna kuning. Vibrio adalah oksidase positif,
yang membedakan mereka dari bakteri enterik gram negatif yang tumbuh pada agar
darah. Ciri yang khas, vibrio tumbuh pada ph yang sangat tinggi ( 8,5 – 9,5 )
dan sangat cepat mati oleh asam. Karenanya pembiakkan pada media yang
mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi, akan cepat mati.
Di wilayah dimana
kolera menjadi endemik, mengkultur langsung tinja pada media selektif seperti
TCBS, dan media yang diperkaya seperti air peptone alkalin adalah sesuai. Namun
kultur rutin pada media spesial seperti TCBS umumnya tidak diperlukan pada
wilayah dimana kolera jarang terjadi.
Vibrio Cholera pada media TCBS
C.
Sifat pertumbuhan : V choerae biasanya memfermentasi sukrosa dan manosa tetapi
tidak arabinosa. Tes oksidase positif merupakan langkah kunci dalam
identifikasi awal dari V cholerae dan vibrio lainnya. Spesies vibrio
sensitif terhadap campuran O/129 ( 2,4 - diamino - 6,7 – diisopropylpteridine
phosphate ), yang membedakan mereka dari spesies aeromonas, yang resistan
terhadap O/129. Sebagian besar spesies vibrio adalah halototerant, dan NaCl
untuk pertumbuhan. Perbedaan yang lain antara vibrio dengan aeromonas adalah
bahwa vibrio dapat tumbuh pada media yang mengandung 6 % NaCl dimana aeromonas
tidak.
1.3 STRUKTUR ANTIGEN DAN KLASIFIKASI BIOLOGI
Beberapa vibrio mempunyai kesamaan antigen flagela ( H ) yang
tahan panas. Antibodi terhadap antigen H mungkin tidak terlibat dalam
melindungi inang ( host ) yang sensitif.
V cholerae memiliki lipopolisakarida O yang memberikan spesifikasi
serologi. Terdapat sedikitnya 139 kelompok antigen O. Strain V cholerae dari
O kelompok 1 dan O kelompok 139 menyebabkan kolera klasik; terkadang non –
O1/non O – 139 V cholerae menyebabkan penyakit sejenis kolera. Antibodi
terhadap antigen O cenderung bisa melindungi hewan laboratorium terhadap
infeksi V cholerae.
Serogrup V cholerae antigen O1 memiliki determinan
yang memungkinkan penentuan tipe lebih jauh ; serotipe utama adalah Ogawa dan
Inaba. Dua biotipe dari V cholerae epidemik telah didefinisikan, klasik
dan El Tor. Biotipe
El Tor menghasilkan hemosilin, memberikan hasil positif pada uji
Voges-proskauer dan resisten terhadap polimiksin B. Teknik molekular
juga dapat digunakan untuk mengkategorikan V cholerae.
Pengkatagorikan digunakan untuk studi epidemologi dan tes umumnya dilakukan
hanya pada laboratorium rujukan ( reference laboratories ).
V cholerae O 139 sangat mirip dengan V cholerae O1 biotype El
Tor. V cholerae O 139 tidak menghasilkan lipopolisakrida O1 dan tidak
mempunyai semua gen yang diperlukan untu membuat antigen ini. V cholerae O
139 membuat kapsul polisakarida seperti strain V cholerae non- O1
lainnya, sementara V cholerae O1 tidak membuat kapsul.
Struktur antigen:
a.
Antigen
flagel H: bersifat Heat labile. Antibodi terhadap antigen H tidak bersifat protektif.
Pada uji aglutinasi berbentuk awan.
b.
Antigen
somatik O: terdiri dari lipopolisakarida. Pada reaksi aglutinasi berbentuk
seperti pasir. Anibodi terhadap antigen O bersifat protektif. Serogrup O tip
(0:1) terdapat pada biotip cholerae dan El-Tor . Terdapat tiga faktor antigen:
A, B, dan C yang membagi serogrup 0:1 menjadi serotip Ogawa, Inaba dan
Hikojima.
Serotip
|
Faktor O
|
Ogawa
|
AB
|
Inaba
|
AC
|
Hikojima
|
ABC
|
`
1.4 Enterotoksin Vibrio cholerae
V cholerae dan
vibrio yang berhubungan menghasilkan enterotoksin yang rusak terhadap panas
dengan berat molekul sekitar 84.000, terbentuk dari subunit A ( BM 28.000 ) dan
B. Gangliosida GMI bekerja
sebagai reseptor mukosa untuk subunit B yang memudahkan subunit A untuk masuk
kedalam sel. Aktivitas subunit A1 menimbulkan peningkatan tingkat
cAMP intraselular dan memperpanjang hipersekresi air dan elektrolit. Terdapat
peningkatan sekresi khlorid yang sodium – dependent, dan penyerapan sodium dan
khlorid menjadi terhambat. Diare terjadi sebanyak 20 – 30 liter per hari dengan
gejala dehidrasi,syok,acidosis, dan kematian. Gen untuk enterotoksin V
cholerae terdapat pada kromosom bakterinya. Enterotoksin kolera secara
antigen berhubungan dengan LT dari
Escherichia coli dan dapat menstimuli produksi antibodi yang netral. Namun
peran yang pasti dari antitoksik dan antibodi antibakteri dalam melindungi
terhadap kolera tidaklah jelas.
1.5 Potogenesis dan patologi
Dibawah
kondisi alamiah, V holerae adalah patogen terhadap manusia. Seseorang
yang memiliki asam lambung normal memerlukan menelan sebanyak 1010 atau
lebih V cholerae dalam air, agar dapat menginfeksi, sebab organisme ini
sensitif terhadap asam. Jika media tor adalah makanan, sebanyak 102 –
104 organisme diperlukan, karena kapasitas bufer yang cukup dari
makanan. Beberapa pengobatan dan kondisi yang dapat menurunkan kadar asam dalam
perut membuat seseorang lebih lebih sensitif terhadap infeksi oleh V
cholerae.
Kolera bukan
merupakan infeksi yang invasif. Organisme
ini tidak mencapai aliran darah tetapi tetap didalam saluran usus. V
cholerae yang virulen menempel pada mikrovili pada permukaan sel epitelial.
Disana mereka memperbanyak dan melepaskan racun kolera dan mungkin musinase dan
endotoksin.
1.6 Gambaran klinis
Sekitar 60% infeksi yang disebabkan
oleh V cholerae klasik tidak bergejala, seperti juga sekitar 75% infeksi
yang disebabkan oleh biotipe El Tor. Periode inkubasi selama 1-4 hari untuk
sampai timbul gejala, tergantung pada ukuran inokulum yang tertelan. Segera
timbul gejala mual dan muntah, serta diare hebat disertai kram perut. Tinja
yang mirip cucian beras ( rice water stool ) mengandung mukus, sel
epitelial, dan sejumlah besar vibrio. Penderita akan kehilangan cairan dan
elektrolit dengan cepat yang dapat mengarah pada dehidrasi berat, syok dan
anuria. Tingkat kematian dengan tanpa pengobatan adalah antara 25% dan 50%.
Diagnosis terhadap kasus kolera yang nyata menunjukkan tidak adanya masalah
dalam kehadiran sebuah epidemik. Bagaimanapun, kasus yang sporadis maupun yang
ringan tidak mudah untuk dibedakan dari penyakit diare yang lain. Biotipe El Tor cenderung untuk menyebabkan penyakit ringan dibandingkan
dengan biotipe klasik yang lain.
1.7 Uji Labortorium Diagnostik
A.
Spesimen : Spesimen
untuk kultur terbentuk dari gumpalan mukus dari tinja.
B.
Hapusan :
Tampilan mikroskopik dari hapusan spesimen tinja tidak bisa membedakan
pengamatan dengan mikroskop lapangan gelap atau fase kontras memperlihatkan
vibrio yang motil dengan cepat.
C.
Kultur :
pertumbuhannya cepat pada agar peptone, pada agar darah dengan pH mendekati 9,0
atau agar TCBS, dan koloni khasnya dapat dipilih dalam waktu 18 jam. Jika
menggunakan media yang diperkarya ( enrichment ), beberapa pemeriksaan tinj
dapat diinkubasi selama 6-8 jamdalam kaldu taurocholate-peptone ( pH 8,0-9,0 );
organisme dari kultur ini dapat diwarnai atau disubkultur.
D.
Uji spesifik :
organisme V cholerae diidentifikasi lebih jauh dengan uji aglutinasi
slide menggunakan anti kelompok antiserum O1 dan O 139 dan dengan reaksi
biokimia.
1.8 Kekebalan
Asam lambung menyediakan beberapa
perlindungan dalam melawan kolera vibrio. Setiap serangan kolera diikuti dengan
kekebalan terhadap infeksi, tetapi durasi serta derajat kekebalan tidak
diketahui. Pada hewan perobaan, antibodi spesifik IgA terjadi dalam lemen usus.
Antibodi yang mirip dalam serum akan muncul setelah infeksi tetapi hanya
bertahan selama beberapa bulan. Antibodi vibriosidal dala serum ( titer 1 : 20
) memiliki hubungan dengan perlindungan untuk melawan kolonisasi dan penyakit.
Kehadiran antibodi antitoksin tidak dihubungkan dengan perlindungan.
1.9 Pengobatan
Bagian yang palig penting dalam
terapi adalah mengganti air dan elektrolit untuk mengurangi dehidrasi dan
kekurangan garam. Banyak agen antimikroba yang efektif melawan V cholerae .
tetrasiklin yang diberikan secara oral dapat mengurangi keluarnya tinja pada
kolera dan memperpendek masa ekskresi vibrio. Pada beberapa daerah indemik, v
cholerae yang resisten terhadap tetrasiklin telah muncul, dibawa oleh
plasmid yang mudah berpindah.
1.10 Epidemiologi, pencegahan, pengendalian
Enam
pandemik (epidemik yang mendunia) dari kolera terjadi antara tahun 1817 dan
1923, sebagian besar mungkn disbabkan oleh V cholerae O1 dari biotipe
klasik dan terbesar terjadi di Asia, khususnya subkontinen India. Pandemik ke-7
dimulai pada tahun1961 di kep. Sulawesi, Indonesia, dengan penyebaran ke Asia,
Timur Tengah dan Afrika. Pandemik ini disebabkan oleh V cholerae biotipe
El Tor. Di mulai tahun 1991, pandemik ke-7 menyebar ke Peru, dan kemudian ke
negara lain di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Kasus yang paling besar
terjadi di Afrika, dimana jutaan orang menderita kolera pada pendemik ini, dan
berlanjut hingga abad ke-21. Penyakit ini mulai jarang di Amerika Utara sejak
pertengahan tahun 1800-an, tetapi fokus endemik tetap ada di pantai Gulf
Louisiana dan Texas.
Kolera endemik di India dan Asia
Tenggara. Dari sana, dibawa bersama dengan jalur pengepalan, rute perdagangan
dan rute migrasi jemaah. Penyakit ini menyebar melalui kontak orang ke orang
yang melibatkan individu yang menderita ringan atau awal dn melalui air,
makanan dan serangga. Pada beberpa kasus, hanya 1-5% orang yang sensitif
mengembangkan penyakit. Pengidap itu sendiri mencapai puncaknya selama 3-4
minggu, dan pengidap yang benar-benar kronis jarang terjadi. Vibrio dapat
bertahan hidup dalam air hingga 3 minggu.
Kontrol atau pengawasan dilakukan
melalui pendidikan dan perbaikan sanitasi, khususnya makanan dan air. Pasien
seharusnya diisolasi, ekskresinya siinfeksi, dan orang-orang kontak diawasi.
Khemoprofilaksis dengan obat antimikroba mungkin diperlukan. Penyuntikan vaksin
berulang mengandung ekstrak lipopolisakarida dari vibrio atau suspensi pekat
vibrio dapat memberikan perlindungan yang terbatas ke orang yang rentan (
misalnya kontak antar anggota keluarga) tetapi tidak efektif sebagai alat
kontrol epidemik. Di beberapa negara meminta kepada para pelancong yang datang
dari daerah endemik untuk membuktikan bahwa meraka telah divaksinasi. Sertifikasi
vaksin untuk kolera dari WHO hanya berlaku selama 6 bulan.
PENCEGAHAN
PENYAKIT KOLERA
a)
Direbus atau hanya minum air murni.
b)
Hindari makan makanan mentah.
c)
Hindari makan makanan mentah dan
kerang.
d)
Hindari salad.
e)
Sanitasi dan sistem pemurnian air yang
akan dimonitor.
f)
Sayuran dan buah-buahan harus dicuci
dengan larutan kalium permanganat
2. VIBRIO PARAHAEMOLYTICUS
Adalah bakteri halofilik yang
menyebabkan gastroenteritis akut sebagai akibat makan-makanan seafood yang
terkontaminasi seperti ikan mentah atau kerang. Seelah periode inkubasi selama
12-24 jam, terjadi mual dan muntah,kram perut, demam dan diare air dan darah.
Lekosit pada tinja sering terlihat. Enteritis cenderung sembuh sendiri dalam
1-4 hari tanpa pengobatan, selain restorasi air dan keseimbangan elektrolit.
Tidak ada enteroktosin yang diisolasi dari organisme. Penyakit ini terjadi di
seluruh dunia, dengan kejadian tertingg pada wilayah dimana orang gemar memakan
seafood mentah. V.parahaemolyticus tidak dapat tumbuh dengan baik pada media
deferensial yang biasa digunakan untuk salmonella dan shigella, tetapi dapat
tumbuh dengan baik pada agar darah. Mereka juga dapat tumbuh pada TCBS dimana
mnghasilkan koloni yag berwarna hijau. V.parahaemolyticus biasanya
diidentifikasi melaui pertumbuhan oksidase positifnya paa agar darah.
Morfologi
Bakteri Vibrio
parahaemolyticus (Vp) merupakan bakteri gram negatif, halofilik,
bersifat motil atau bergerak, berbentuk bengkok atau koma, menghasilkan energi
untuk pertumbuhan dengan oksidasi, fakultatif anaerob dan mempunyai flagelum
kutub tunggal dan tidak dapat membentuk spora serta bersifat zoonosis . Perubahan bentuk
morfologi Vp dapat terjadi dengan perlakuan suhu dingin dan kondisi lingkungan
yang tidak menunjang
Gambar 1. Bentuk Vibrio
parahaemolyticus
Habitat
Bakteri Vp hidup pada
sekitar muara sungai (brackish water atau estuaries),
pantai (coastal waters) tetapi tidak hidup pada laut dalam (open sea). Bakteri
Vp terutama hidup di perairan Asia Timur. Bakteri ini tumbuh pada
air laut dengan kadar NaCl optimum 3%, ( berkembang baik pada kadar
NaCl 0,5% - 8 %) pada kisaran suhu 5 - 43 OC,
pH 4,8 –11 dan water activity (aw) 0,94-
0,99. Pertumbuhan berlangsung cepat pada
suhu optimum 37 OC dengan waktu generasi hanya 9-11
menit. Pada beberapa spesies Vibrio suhu
pertumbuhan sekitar 5 – 43 OC (pada suhu 10 OC
merupakan suhu minimum pada lingkungan) (Adams and Moss 2008). Selama musim
dingin, organisme ini ditemukan di lumpur laut, sedangkan selama musim panas
mereka ditemukan di perairan pantai. Bakteri Vp dapat hidup sebagai
koloni pada kerang-kerangan, udang, ikan dan produk makanan laut lainnya.
Vp adalah
bakteri halofilik didistribusikan di perairan pantai di seluruh
dunia. Bakteri ini ditemukan di lingkungan muara sungai dan menunjukkan
variasi musiman, yang hadir dalam jumlah tertinggi selama musim panas. Selama
musim dingin, bakteri ini tetap berada di bawah muara pada bahan chitinous plankton.
Sifat biakan
-
pH optimum 7,6 -9,0
-
seperti spesies Vibrio lainnya, membutuhkan
perbenihan selektif
-
halofilik (salt loving), membutuhkan minimal 2%
NaCl. Biotip algolytius tahan sampai 11% NaCl, penting untuk membedakan dari
biotip parahaemolyticus
-
pada agar TCBS membentuk koloni besar, smooth
berwarna hijau (bedakan dari koloni V.Cholerae yang berwarna kuning).
-
Generation Time :
9-15 menit. Ini penting untuk epidemiologi gastroenteritis
Patogenisitas
Masa inkubasi yang
dilaporkan untuk keracunan makanan oleh Vp bervariasi dari 2 jam sampai 4 hari
meskipun biasanya 9 - 25 jam. Penyakit bertahan hingga 8 hari dan
dicirikan oleh diare profuse berair bercampur darah atau lendir, muntah, nyrti
perut, dan demam. Vp lebih enteroinvasive dari Vibrio
cholerae, dan menembus epitel usus untuk mencapai lamina propria. Sebuah
sindrom disentri juga telah dilaporkan dari sejumlah negara termasuk Jepang.
Tidak semua strain dari Vp bersifat patogen. Strain patogen
bawaan makanan dapat menyebabkan hemolisis karena adanya suatu hemolisin panas-
stabil dan ditujukan sebagai Kanagawa-positif. Saat ini, hemolisin
panas-stabil 23-kDa (disebut hemolisin langsung termostabil/TDH) dianggap
sebagai racun. Kebanyakan strain terisolasi dari sumber-sumber alam (air muara,
plankton, kerang, dan ikan) adalah Kanagawa-negatif. Namun, beberapa
strain Kanagawa-negatif juga telah dikaitkan dengan wabah bawaan
makanan. Tingkat produksi racun berhubungan dengan pertumbuhan
sel, konsentrasi sel, dan pH lingkungan. Jika bentuk racun sudah
terdapat dalam makanan, pemanasan tidak akan merusak toksin tersebut.
Patogenesitas strain Vp sangat terkait dengan
kemampuan mereka untuk menghasilkan 23-kDa, termostabil, ekstraseluler,
haemolysin. Saat diuji pada suatu media yang dikenal sebagai agar Wagatsuma's,
haemolysin bisa melisiskan darah manusia dan sel darah kelinci tapi tidak pada
darah kuda, sebuah fenomena yang dikenal sebagai reaksi Kanagawa.
Haemolysin juga telah ditunjukkan untuk dapat mengakibatkan enterotoxic,
sitotoksik, dan kardiotoksik
Proses Penularan
Bakteri Vibrio
parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi produk
makanan laut seperi udang, kerang, ataupun ikan mentah yang dimasak kurang
sempurna. Penularan juga dapat terjadi pada makanan yang telah
dimasak sempurna namun tercemar oleh personal/individu yang pada saat bersamaan
menangani produk ikan mentah.
Gambar 3. Kerang yang
terkontaminasi Vibrio parahaemolyticus
Penyakit dan Gejala Klinis.
Jika kita mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi Vibrio parahaemolyticus, ada kemungkinan kita akan
terkena gastroenteritis bila sistem kekebalan tubuh dalam keadaan
buruk. Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk
menggambarkan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/atau muntah
akut . Istilah ini menjadi
acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus. Diare adalah buang
air besar (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100
– 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat. Diare
adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya,
frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
Diare akut akibat
bakteri Vp disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah sehingga disebut
diare inflamasi. Akibatnya terjadi kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Masa inkubasi bakteri Vp biasanya antara 12 sampai
24 jam, tetapi dapat juga berkisar antara 4 sampai 30 jam. Gejala
yang muncul adalah kejang perut yang tiba-tiba dan
berlangsung selama 48 – 72 jam dengan masa inkubasi 8 – 72 jam. Gejala lain
adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan dingin. Pada sebagian kecil
kasus juga menyebabkan septisemia.
Pengobatan dan
Pencegahan
-
Biasanya self limiting
-
Pada kasus berat, perlu rehidrasi dan penambahan
elektrolit
-
Antibiotika : Kloramfenikol, Kanamisin tetrasiklin dan
sefalotin
-
Kuman ini banyak terdapat di air laut, sehingga perlu
perhatian khusus untuk pekerja-pekerja kapal, perenang dan juru masak sea food.
-
Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.
Diagnosis Laboratorium
Bahan pemeriksaan : tinja dan usap dubur
Harus segera dilakukan pembiakkan atau
dimasukkan kedalam medium transpor (Cary Blair atau Amies)
Perbenihan: TCBS dan kaldu alkalipepton
dengan penambahan 3% NaCl.
v Cara Kerja :
1)
Meja kerja
dibersihkan dengan desinfektan, alat dan bahan disiapkan.
2)
Cuci tangan
sebelum bekerja.
3)
APD dikenakan.
4)
Ose dipijarkan
diatas nyala bunsen hingga membara.
5)
Tutup dibuka
kemudian leher media dipanaskan.
6)
Spesimen diambil
sebanyak satu sampai dua mata ose dengan ose yang dingin kemudian dipindahkan
ke media dan dilakukan penyetrikkan.
7)
Semua pekerjaan
dilakukan didekat api atau nyala Bunsen.
8)
Ose dipijarkan
kembali sebelum diletakkan.
9)
Media diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37˚C.
Vibrio
parahaemolyticus pada media TCBS
3.
Vibrio vulnificus dan Vibrio Lainnya
Dapat menyebabkan infeksi luka parah,
bakteremia dan mungkin gastroenteritis. Mereka adalah bakteri yang hidup bebas
dimuara, yang ditemukan di AS, Atlantik Teluk dan pantai pasifik. Infeksi telah
dilaporkan dari korea, dan organisme tersebar diseluruh dunia. V.vulnificus
khususnya ditemukan pada tiram, terutamapada bulan-bulan musim pans. Bakteremia
dengan infeksi yang tidak fokus terjadi pada orang yang memakan tiram yang
terinfeksi dan orang yang gemar mium alkohol atau berpenyakit hati. Luka bisa
menjadi terinfeksi pada orang normal atau yang imunokompromistik yang
berhubungan dengan air dimana bakteri terdapat. Proses infeksi seringkali
terjadi dengan cepat, dengan perkembangan penyakit yang parah. Sekitar 50%
pasien dengan bakteremia meninggal. Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi
sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi
kulit bullous, selulitis dan miositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan
dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotik yang sesuai sebelum
konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnosa didapat melalui kultur
organisme pada media laboratorium
standart: TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana
sebagian besar galur meghasilkan koloni-kolni yang erwarna biru-hijau (sukrosa
negatif)
Karakteristik
Vibrio vulnificus merupakan mikroba patogen gram
negatif dan merupakan bakteri non spora dari
famili Vibrionaceae yang dapat ditemukan secara alami di daerah
perairan hangat (halofilik obligat) yang tumbuh baikdi lingkungan laut tropis
maupun subtropis. Jumlah organisme ini tergantung suhu air laut, yang
biasanya jumlah lebih banyak ditemukan pada musim panas. Bakteri ini terdapat
pada makanan yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yang
memakannya. Vibrio vulnificus dapat juga ditemukan hidup bebas
di air laut dan endapan lumpur di dasar laut. Karakteristik
biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan
H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan,
laktosa bersifat negatif.
Sumber dan Kontaminasi
pada Bahan Pangan
Bakteri patogen ini biasanya berhubungan
dengan makanan laut dari muara atau pesisir
laut dengan suhu air tertinggi, seperti yang berada
di selatan pesisir Amerika
Serikat.Meskipun Vibrio vulnificus umumnya hidup membentuk koloni
di tiram, remis, plakton, maupun kepiting yang hidup di perairan asin. Karena
itu bahan pangan yang sering terkontaminasi oleh bakteri ini
sering dikaitkan dengan kerang dan crustaceae, namun
juga dapat ditemukan pada pakan ikan plankton maupun ikan lainnya. Vibrio vulnificusmembentuk jaringan serta
merupakan organisme dapat
mencemari ikan dari laut dalamlingkungan.
Penyakit
Akibat Vibrio vulnificus dan Gejala yang Ditimbulkan
V. vulnificus diketahui dapat menyebabkan tiga
jenis penyakit yaitu Gastroenteritis (5-10%
kasus), Septikemia Primer (45% kasus), atau luka infeksi (45%
kasus). Pada orang sehat, konsumsi makanan dari
hasil laut yang terkontaminasi V.
vulnificus bisamenyebabkan Gastroenteritis, tetapi pada individu yang
rentan (mereka yang menderita beberapa bentuk penyakit kronis seperti
penyakit hati, atau AIDS) dapat menyebabkanSeptikemia Primer,
dimana bila sudah begitu akan menimbulkan infeksi berat yang dapat berujung
pada kematian (mencapai >50%) serta sekitar 90% orang
yang terinfeksi V. vulnificus memerlukan rawat inap.
a. Gastroentritis
Gastroenteritis kebanyakan terjadi setelah orang
mengonsumsi makanan yang mengandung V. vulnificus. Walau hingga saat
ini belum diketahui dosis pasti yang dapat
menyebabkan Gastroenteritis, pada orang sehat yang terinfeksi V.
vulnificus dapat berakibat orang tersebut mengalami diare, muntah dan
sakit perut. Gejala ini biasanya terjadi sekitar 16 jam setelah
infeksi dan digolongkan sebagai self-limiting dissease dimana
sangat bergantung pada kondisi tubuh setiap individu dan dapat sembuh dengan
sendirinya.
b. Septikimia Primer
Septikemia Primer umumnya terjadi setelah makanan yang
mengandung V. vulnificus dikonsumsi, kemudian bakteri masuk ke aliran
darah melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh. Septikimia
Primer kebanyakan terjadi pada orang yang rentan/memiliki penyakit kronis
dengan dosis infeksi berkisar antara 100 sel. Penyakit ini
umumnya mulai timbul 7 jam - 2 hari setelah terpapar (kebanyakan 36
jam setelah gejala awal terjadi). Gejala awal penyakit ini
diantaranya demam dan badan menggigil yang disertai dengan mual, muntah
dan diare. Dapat juga diikuti dengan penurunan tekanan darah secara drastis
sehingga tak jarang berujung pada kematian. Mayoritas penderita juga mengalami
lecet pada kulit yang sangat menyakitkan. Kulit awalnya tampak merah dan
kemudian akan mejadi seperti lecet dan terkelupas menjadi bisul nekrotik (bisul
yang timbul akibat sel-sel kulit yang mati). Bila hal ini sampai terjadi,
tindakan amputasi sangat dianjurkan untuk mencegah infeksi yang meluas.
c. Luka Infeksi
Luka infeksi terjadi bila luka pada kulit atau lecet
mengalami kontak langsung dengan air laut yang mengandung V. vulnificus.
Infeksi ini biasanya dimulai dengan pembengkakan, kemerahan, dan rasa sakit di
sekitar luka yang terinfeksi. Luka nantinya akan melepuh, berisi cairan dan
mengembang yang dapat mengakibatkan nekrosis jaringan. Sekitar 50% pasien yang
mengalami luka infeksi akibat V. vulnificus memerlukan amputasi. Pada
beberapa pasien, infeksi ditemukan menyebar ke aliran darah dan berakibat pada
kematian.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, diketahui bahwa
penyakit akibat V. vulnificus merupakan tipe penyakit yang menyebar
secara infeksi. Hal ini tak lepas karena bakteri V. vulnificus sendiri
yang menyebar masuk kedalam tubuh dan menyebabkan tubuh menderita sakit.
BAHAN PANGAN YANG
TERKONTAMINASI
Vibrio vulnificus pada umumnya berkaitan dengan makanan
laut yang berasal dari tepi pantai atau laut dimana temperatur pada air laut
tersebut tinggi, seperti contohnya pantai selatan US. Meskipun bakteri ini
lebih banyak terdapat pada sistem penyaringan makanan kerang (contoh: tiram),
bakteri ini berpotensi mengkontaminasi ikan yang berada di sekitar lingkungan
tersebut. Kebanyakan kasus kontaminasi oleh Vibrio vulnificus memang
berhubungan dengan hasil laut kerang-kerangan dan crustacea, akan tetapi dapat
juga ditemukan pada isi perut ikan apabila ikan tersebut memakan plankton atau
ikan kecil lain yang mengandung bakteri tersebut.
Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah di daerah US,
dimana tiram yang diambil dari beberapa wilayah di laut US yang memiliki
temperatur dan salinitas air yang tinggi menunjukkan jumlah Vibrio
vulnificus berada pada level 0 – 1.100.000 CFU/g. Pada temperatur yang
hangat menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri ini berada pada level tertinggi
pada tiram. Pada musim panas di daerah Gulf of Mexico telah diperkirakan
terdapat ± 100% tiram pada perairan tersebut terkontaminasi oleh Vibrio
vulnificusdengan level 103 – 104 /g, dan banyak kasus infeksi
disebabkan oleh bakteri tersebut terjadi pada musim panas ketika suhu air laut
antara 20 – 30 oC.
CATATAN INSIDEN /
CONTOH KASUS
Konsumsi produk laut mentah oleh individu yang rentan,
khususnya tiram, dari perairan yang beresiko tinggi maka akan menambah resiko
keracunan karena Vibrio vulnificus. Meskipun tidak banyak kasus yang
diketahui, tapi sekitar 90 kasus tiap tahun di USA disiarkan, hanya saja tidak
semuanya berkaitan dengan konsumsi hasil laut yang terkontaminasi. Tingkat
kematian yang tinggi berhubungan dengan Vibrio vulnificusmembuat bakteri
ini menjadi masalah kesehatan yang penting, khususnya di USA.
Tidak ada kasus utama keracunan makanan yang disebabkan oleh
bakteri ini dan beberapa hanya kasus sporadik, frekuensinya akan meningkat
selama musim panas. Infeksi Vibrio vulnificus sangat jarang terjadi
saat musim dingin, bahkan ketika tingkat konsumsi tiram tinggi. Beberapa kasus
juga terjadi di Eropa, Korea, dan Taiwan.
PENCEGAHAN KONTAMINASI
VIBRIO VULNIFICUS
Proses dekontaminasi seperti depurasi atau teknologi yang ada
tidak efektif menghilangkan Vibrio vulnificus dari kerang, sehingga
cara yang dapat digunakan adalah menjaga agar konsumsi kerang-kerangan mentah
lebih dikurangi. Selain itu, kerang-kerangan sebaiknya dipanen dari perairan
yang tidak terkontaminasi. Level bakteri ini akan bertambah pada saat adanya
jeda waktu antara pemanenan kerang-kerangan dari laut dengan saat disimpan pada
refrigerator. Di USA waktu yang diperbolehkan antara pemanenan ke refrigerasi
tergantung pada kondisi perairan, (apakah perairan tersebut sudah pernah
terkontaminasi oleh Vibrio vulnificus atau belum), temperatur
perairan, musim dan temperatur udara. Tiram yang diambil selama musim panas
dapat dikonsumsi dengan melalui proses pemasakan, pasteurisasi atau radiasi.
Proses tersebut dilakukan untuk menghindari kemungkinan masyarakat mengkonsumsi
tiram mentah. Konsumen perlu mempertimbangkan resiko dari mengkonsumsi
kerang-kerangan yang mentah atau belum matang, khususnya pada kondisi yang
rentan yang dapat membuat mereka lebih beresiko terinfeksi oleh Vibrio
vulnificus.
Radiasi 1,0-1,5 kGy dapat digunakan pada tiram untuk
mengurangi Vibrio vulnificus. Radiasi dapat menginkativasi vibrious dan
tetap menjadi tiram tetap hidup. Pada level 2 kGy dapat mereduksi Vibrio
vulnificus sebanyak ± 107 pada udang beku. Peningkatan suhu dapat
memperbesar efek yang ditimbulkan dari radiasi. Contohnya jika suhu meningkat
dari 25oC menjadi 40oC akan mengurangi setengah dosis yang dipergunakan untuk
membunuh sebanyak bakteri yang sama.
Pengobatan
Tetrasiklin
muncul sebagai obat pilihan untuk infeksi yang disababkan oleh v.culnificus ,
siprofoksasin mungkin juga efektif berdasarkan pada aktivitas in vitro.
Beberapa
vibrio lain juga menyebabkan penyakit pada manusia: vibrio mimicus menyebabkan
diare setelah menelan makanan yang tidak dimasak, khusunya oyster mentah.
Vibrio hollisae dan vibrio fluvialis juga menyebabkan diare.
a. Vibrio Anguillarum
Mempunyai ciri-ciri warna putih
kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik biokimia adalah
mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa,
galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.
b. Vibrio alginolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter
3-5 mm. Karakteristik biokimia adalah mempunyai sifat fermentatif, katalase,
oksidase, methyl red dan H2S, glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan
sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif. Vibrio alginolyticus menyebabkan infeksi pada mata, telinga
atau luka setelah terkena air laut. Vibrio damsela juga menyebabkan infeksi
luka. Vibrio lai
d. Vibrio salmonicida
Mempunyai ciri-ciri berwarna bening, diameter
< 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah mempunyai
sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red,
H2S, laktosa, galaktosa, manitol, sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.
BAB III
KESIMPULAN
Ø Genus Vibrio adalah agen penyebab
penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan
kerang-kerangan
Ø Vibrio cholera menimbulkan penyakit cholera
asiatica
Ø Seafood terutama tiram yang dimakan
mentah merupakan jenis pangan yang paling sering membawa V.
parahaemolyticus penyebab gastroenteritis. Kasus keracunan karena V.
parahaemolyticus lebih banyak terjadi pada musim panas.
Ø Vibrio parahaemolyticus yang tertelan
atau masuk kedalam luka terbuka pada tubuh manusialah yang bisa menyebabkan
terjadinya infeksi.
Ø V.
vulnificus diketahui dapat menyebabkan tiga jenis
penyakit yaitu Gastroenteritis , Septikemia Primer,
dan luka infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Label: Materi Kuliah