Pemeriksaan Feses
Definisi feses
Sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.
INDIKASI PEMERIKSAAN:
- Adanya diare dan konstipasi
- Adanya ikterus
- Adanya gangguan pencernaan
- Adanya lendir dalam tinja
- Kecurigaan penyakit gastrointestinal
- Adanya darah dalam tinja
SYARAT PENGUMPULAN FECES :
-->Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 –
40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan
ditunda simpan pada almari es.
-->Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5
hari sebelum pemeriksaan.
-->Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
--> Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher à pemeriksaan
tinja sewaktu
Pasien konstipasi à Saline Cathartic
Kasus Oxyuris à Schoth Tape &
object glass
Alur pemeriksaan :
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan
bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Teknik Pengambilan Feses
Alat dan bahan
1. Sarung tangan
2. Spatel steril
3. Penampung feses
1. Sarung tangan
2. Spatel steril
3. Penampung feses
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
5. Tempatkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat
6. Feses jangan tercampur dengan urine
7. Jangan diberikan barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
8. Buka sarung tangan
9. Catat tanggal pengambilan dan beri label
10. Cuci tangan.
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Tampung bahan dengan menggunakan spatel steril
5. Tempatkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat
6. Feses jangan tercampur dengan urine
7. Jangan diberikan barium atau minyak mineral yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
8. Buka sarung tangan
9. Catat tanggal pengambilan dan beri label
10. Cuci tangan.
Pemeriksaan Makroskopis
a. Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara
100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak
makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan
berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan
sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian
karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas
c. Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah
mejadi lebih tua dengan terbentuknya Urobilin lebih banyak. Selain urobilin
warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena
susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat
disebabkan oleh sayuran yangmengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir
disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Kelabu mungkin
disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat
pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut
mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga
setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang
berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian
distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin
disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau
karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan
urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin
juga oleh melena.
d. Bau
Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal
pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein
yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh
peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan
itu menjadi asam
e. Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah
muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau
bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah
akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti
pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di
bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang
berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum
f. Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir
dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang
pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja,
lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir
bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa
tinja.
g. Parasit
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Anylostoma dan lain-lain
yang mungkin didapatkan dalam tinja.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
untuk mengetahui adanya Sel epitel, Makrofag, Eritrosit,
Lekosit, Kristal, sisa makanan, Butir lemak, Butir Karbohidrat, Serat tumbuhan
/ otot Sel ragi, Protozoa, Telur dan larva cacing. Metode yang digunakan dengan
penambahan larutan Cat antara lain:
Lemak à
à Sudan III
Protozoa à
à Eosin 1 – 2%
Amylumà à Lugol
1 – 2 %
Lekosità à asam
asetat 10 %
Pemeriksaan rutinà à NaCl
0,9%
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja
cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis dan sebagainya
telur Ascaris lumbricoides
telur Trichuris trichiura
telur enterobius vermicularis
c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam
seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan
didapatkan peningkatan jumlah leukosit.Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian
tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon,
rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah
hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
f. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel
yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal
dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak.
Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan
dinding usus bagian distal
g. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal
Tripel Fosfat dan Kalsium Oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja Lugol
Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada
ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan
saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin
h. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal,
tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan
dengan keadaan abnormal.Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan
dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastis dan
lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan
lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan
jenuh Sudan III atau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti
pada steatorrhoe. Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma
malabsorpsi.
Label: Materi Kuliah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda